ONGKOS berobat semakin mahal. Kenaikan harga obatobatan kimia saat ini menambah beban biaya hidup masyarakat terutama golongan ekonomi lemah. Sementara fasilitas asuransi kesehatan dari pemerintah pusat maupun daerah belum sepenuhnya menjamin dan menjangkau pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Jangankan mendapat asuransi kesehatan, masih banyak dari masyarakat kita yang awam terhadap apa itu jamkesmas, jamkesda dan tetek bengek asuransi kesehatan lainnya. Minimnya sosialisasi mengenai jaminan asuransi kesehatan ke pelosok desa menjadi penyebab ketidaktahuan masyarakat. Ada pula masyarakat kita yang apatis dengan program pemerintah di bidang kesehatan itu, karena merasa pelayanannya ternyata tidak semanis seperti yang digembargemborkan.
Pemerintah juga mesti mengontrol harga obatobatan yang dijual dipasaran agar produsen, distributor maupun penjual tidak seenaknya menaikkan harga jual obat. Dan janji Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedianingsih yang akan mengontrol kenaikan harga obat jangan hanya pemanis dibibir saja. Mestinya pengawasan itu sudah dilakukan jauh hari sebelum produsen terlanjur menaikkan harga berbagai macam obat.
Hal lain yang tak kalah penting adalah bagaimana pemerintah berupaya mengubah paradigma selama ini bahwa rangkaian institusi kesehatan mulai dari yayasan kesehatan, pendidikan tenaga medis hingga bahan baku obath)tidak merupakan sesuatu yang sangat mahal. Karena jika ini masih berlaku, orientasi balas dendam tetap akan terjadi sehingga masyarakatlah yang harus menanggung biaya berobat yang amat mahal itu. Diakui atau tidak, yang terjadi sekarang seolaholah tak ada tugas sosial dibidang kesehatan. Sebaliknya profesi ini menjadi mesin uang. Realita ini tentu kontra produktif dengan kebiasaan masyarakat kita yang masih seperti dulu, lupa terhadap pribahasa "mencegah lebih baik ketimbang mengobati.
Temukan lebih banyak lagi info mengenai yayasan kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar