DIBANDING boneka yang biasa dipajang di toko boneka, yang satu ini memang berbeda dan unik. Boneka Horta hasil kreasi Asep Rudiansah (24), Gigin Mardiansah (24), dan Nisa Rahmania (24), kulitnya transparan lantaran terbuat dari stoking. Isinya pun bukan bahan lembut, seperti kapas atau dakron, melainkan limbah serbuk gergaji. Otomatis, warna serbuk gergaji yang senada dengan warna stoking bisa terlihat dari luar.
Yang lebih unik, Horta bisa diibaratkan sebagai pot tanaman. Sebab, dari ubun-ubun kepalanya yang plontos akan tumbuh rumput. Tentu tidak tumbuh begitu saja. “Tubuh Horta harus direndam dulu seluruhnya dengan posisi terbalik (kepala di bagian bawah) di dalam air. Minimal satu jam, satu hari juga boleh supaya bibit di kepala boneka ‘minum air’. Setelah itu, angkat dan letakkan di ruangan yang teduh selama satu minggu dengan posisi kembali seperti semula. Boneka harus disemprot atau diciprati air minimal dua kali sehari. Kalau perawatannya bagus, dalam tiga hari sudah akan berkecambah,” jelas Asep.
Pemuda lulusan Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menambahkan, kelak setelah berusia satu bulan, rumput yang diibaratkan sebagai rambut boneka ini boleh dipotong sesuai keinginan. “Ada yang memotongnya ala mohawk, spike, dan sebagainya. Yang perlu diingat, kalau memotongnya sebelum umur satu bulan, rumput justru akan mati karena belum kuat pertumbuhannya.”
Horta, kata Asep, singkatan dari hortikultura. “Dulu kami berlima menggagas Horta. Maunya sih memperkenalkan tanaman pada anak-anak secara instan agar mereka bisa mencintainya sejak dini.” Bentuk boneka sebagai media tanam dipilih karena benda ini terbilang dekat dengan dunia anak. “Lewat Horta, anak jadi tahu cara merawat tanaman dan menggunakan air dengan baik,” papar Asep yang mendapat bantuan dana Rp 4,6 juta dari DIKTI untuk mengembangkan Horta.
Setelah lebih dari enam bulat riset dengan mencoba lebih dari 600 jenis tanaman hias dan sayuran, akhirnya Horta pun lahir, bahkan mendapat medali emas saat dilombakan di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Padang tahun 2005. Dua tahun kemudian, ketika Asep dkk lulus kuliah, Horta resmi dibuat secara komersial dan serius. Pemasaran juga lebih luas, “Sekarang Horta sudah dipesan dari seluruh provinsi di Indonesia,” kata Asep yang membuat blog khusus Horta, www.bonekahorta.blogspot.com.
Lucunya, meski sebetulnya ditujukan untuk anak-anak, “Justru 90 persen pembeli Horta adalah remaja dan dewasa.” Belakangan, isu pemanasan global juga mendatangkan keuntungan bagi Horta yang diproduksi oleh 35 ibu di daerah Laladon, Bogor. Sebab, banyak perusahaan skala nasional yang memesan ribuan Horta untuk dibagikan kepada konsumennya. “Lumayanlah, kami jadi bisa memberdayakan ibu-ibu di lingkungan ini sambil menunggu anak dan suami mereka pulang, daripada menganggur di rumah,” ujar Asep sambil menambahkan, sehari bisa memproduksi 150 boneka dengan 10 bentuk, antara lain kura-kura, sapi, kodok, kucing, dan panda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar