Senin, 31 Mei 2010

Es Cream, Makin Rumit Makin Menggoda



SETAHUN belakangan ini, memilih Es Cream terasa lebih membingungkan. Bingung karena kian beragamnya rasa yang ditawarkan. Belum lagi segala 'aksesori' tambahan yang bisa dicampurkan di dalamnya

Perkembangan kuliner es cream ke bentuk yang kian 'rumit' ini paling mudah dilihat di pusat belanja. Restoran dan usaha es cream rumahan pun ikut berimprovisasi.

Jika sudah begini, tidak ada jalan lain mengetahui kehebatan perkembangan kuliner es cream selain jajal langsung. Selain itu, penampilan es cream yang kian 'rumit' menantang indera pengecap.

Salah satu yang menarik dicoba ialah cold stone creamery. Es cream asal Arizona, AS, ini ada di beberapa pusat belanja wilayah Jakarta Selatan.

Dari gambar di gerai sudah bisa dilihat es creamnya masuk kategori 'rumit' tadi. Es cream itu membumbung dalam cup dari wafle kering bergelombang hingga seperti gunung api meletus.

Namun muntahan batu berganti dengan cokelat, kacang, bahkan ada pisang, crackers, dan bongkahan cake cokelat. Ada 21 macam rasa es cream dan 43 campuran (mix-in) lainnya yang disediakan.

Jika belum berani eksplorasi, memilih signature ice cream merupakan cara aman mendapat kreasi yang lezat. Salah satu andalan gerai itu ialah chocolate devotion yakni es cream cokelat dicampur butiran cokelat dan brownies. Sensasi di lidah setara kelihatannya. Meski berpori-pori, es cream terasa lembut. Kekentalannya menunjukkan tingginya kadar susu.

Campuran butiran cokelat membuat makanan ini terasa ramai di mulut. Mungkin agak sedikit merepotkan karena beberapa cokelat lengket di gigi. Meski begitu manisnya tetap pas, itu mungkin karena es cream dasar yang tidak terlalu manis.

Es Cream gaya campur ini juga sudah masuk buffe hotel. Hotel Shangri-La salah satunya. Meski tidak seberagam di gerai, cokelat dalam bentuk biskuit, batangan, silinder, atau stroberi juga tersedia. "Karena intinya adalah berkreasi sesukamu. Itu yang buat orang suka es cream ini. Meskipun tidak enak, tetap suka karena kreasi sendiri," kata Executive Pastry Chef Shangri-La, Guillaume Bonnety.

Pria asal Prancis itu menilai es cream vanila menjadi dasar terbaik untuk pencampuran. "Karena tidak terlalu manis," kata Bonnety yang menyebut gaya es cream itu sebagai tepanyaki, mengacu pada meja tempat pencampuran es cream.

Meja ini pula yang jadi atraksi tambahan es cream ini. Di atas meja granit berpendingin yang mirip dengan meja pengolahan tepanyaki itu, es cream dicampurkan, dicacah, hingga dimampatkan lagi. Meski begitu, es cream tidak mencair.

Es cream Italia- gelato (jamak-gelati) juga makin banyak ditemui di Indonesia. Es cream ini mengandung buah-buahan dan kadar susunya rendah lemak.

Dengan begitu, gelati terasa lebih ringan daripada es cream biasa. Alessandro Santi, chef Italia di Shangri-La, mengatakan gelati berfungsi mencuci rasa makanan sebelumnya dan memberikan rasa segar setelahnya.

mediaindonesia.com

Temukan semuanya tentang Bisnis & Pasang Iklan: Iklan & Jasa - Iklan Baris & Iklan Gratis - Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar