Dua ratus delapan puluh tiga bangunan tua yang tampak kokoh di kawasan Kota Tua, lima di antaranya milik Pemprov DKI Jakarta, rawan ambruk. Hal ini ditengarai akibat penurunan permukaan tanah. Indikator dari semua bencana itu adalah retak-retak yang menyebar di hampir semua tembok bahkan lantai bangunan tua di sana di tambah lagi kurangnya pemeliharaan bangunan yang sesuai standar. Penelitian yang kompehensif tentang kondisi bangunan tua di Kota Tua adalah hal mendesak.
Di hampir semua bangunan tua baik yang masih digunakan maupun yang tidak, terlihat retak-retak di beberapa bagian tembok, bahkan di sekujur tembok bangunan. Tak hanya itu, retak dari tembok tadi bahkan ada yang berlanjut ke lantai. Kadar keretakan dari halus hingga menganga selebar jari tangan pria dewasa.
Ada dua kemungkinan penyebab runtuhnya bangunan, yaitu pondasi bermasalah karena ada kemungkinan penurunan muka tanah, atau ada kerapuhan. "Makanya DKI panggil saja ahli-ahlinya, seperti geologi, arsitek, sipil, kumpul, untuk teliti itu karena kasus ini bisa saja terjadi di gedung lain
Bangunan tua di kawasan Kota Tua sebagian besar menggunakan sistem pondasi cerucuk (dolken) untuk menstabilkan tanah yang labil. "Kawasan ini kan tanahnya enggak stabil. Jadi sebagian besar bangunan menggunakan sistem ini. Sebelum batu bata, di bagian paling bawah dipasang cerucuk dari kayu tapi kayu ini harus terus ada di dalam air. Sekarang bisa jadi muka air turun sehingga tidak semua cerucuk masuk terendam air. Ini membuat kayu lapuk . Jika demikian, artinya secara umum bisa dikatakan semua bangunan tua di Kota Tua memang mengalami penurunan. Sebab dari pantauan, titik keretakan di bangunan tua membentang dari Pasar Ikan, sepanjang Kali Besar Timur dan Barat, Kunir, Pintu Besar Utara, sampai ke Stasiun Beos.
Temukan lebih lengkap seputar pemeliharaan bangunan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar