Saat naik pesawat terjadi tekanan udara yang berkurang di dalam pesawat dan itu menimbulkan gangguan pada kondisi fisik yang bermacam pada penumpang pesawat terutama pada penumpang yang sedang sakit
Pertama, dengan bertambah tingginya pesawat (lebih dan 5.000kaki), semakin berkurang tekanan udara (barometric pressure). Pada ketinggian masih 5.000 kaki, kejenuhan oksigen darah masih memadai (Oxygen saturation HbO2 di atas 90%) dan fungsi faali tubuh masih terpelihara normal. Tak demikian halnya jika sudah melebihi ketinggian itu.
Mengunyah Permen
Perubahan tekanan udara dalam kabin berpengaruh terhadap telinga yang sedang tidak sehat. Maka yang sedang batuk-pilek, akan mudah sekali berkembang menjadi radang telinga tengah yang bisa berakhir dengan congek (otitis media chronica) jika berlarut-larut tidak diobati, terlebih pada anak dan bayi. Mengapa? Karena pembuluh Eustachii penghubung tetinga dengan tenggorokan belum sempurna menutup-membukanya sehingga infeksi tenggorokan mudah menjalar ke telinga.
Orang dengan gangguan peradangan telinga (barotitis media) dianjurkan sebaiknya tidak naik pesawat terbang sebelum radang telinganya sembuh, kecuali bisa diatasi dengan obat (antihistamin, decongestan). Selama penerbangan, sebaiknya bayi tetap disusul atau mengisap air botol. Sedangkan orang dewasa dianjurkan mengunyah permen guna menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah sehingga peluang untuk terjadi peradangan telinga tengah menjadi berkurang.
Demikian pula mereka yang sedang mengidap radang sinus (sinusitis) bisa mengalami Barosinusitis selama di pesawat terbang jika tidak dipersiapkan dengan obat untuk meredakan peradangan sinusnya (dengan decongestan). Tekanan udara yang berubah di pesawat juga bisa berpengaruh terhadap saluran pencernaan. Gas yang berlebihan akibat tekanan udara yang menurun bisa tertimbun dalam saluran pencemaan, sehingga perut jadi gampang kembung dan tekanan dalam perut meninggi.
Nasihat Dokter
Mereka yang baru 14 hari menjalani operasi perut dilarang terbang dulu agar mengembungnya saluran pencernaan karena udara bebas tak sampai berakibat buruk terhadap bekas operasinya. Demikian pula yang sudah dioperasi usus besar (colostomy) dan memakai kantung tinja khusus. Antisipasi kemungkinan gas berlebihan dalam perut selama penerbangan berlangsung, obat antispasmodik untuk mengendurkan kerja usus berlebihan.
Selain terhadap perut, tekanan udara juga berpengaruh buruk terhadap paru-paru yang tidak sehat. Paru-paru yang sudah bolong pada pasien TBC, paru-paru bocor (pneumothorax), paru-paru balon (emphysema, sudah tak mengembang-mengempis sempurna lagi) perlu nasihat dokter sebelum terbang, dinilai dulu apakah fungsi paru-parunya masih memadai.
Hal yang sama bagi penderita penyakit kelainan retina mata. Lapisan vital retina membutuhkan banyak oksigen. Di kabin bisa cenderung kekurangan oksigen, apalagi pada ketinggian pesawat melebihi 6.000 kaki. Perlu dipertimbangkan pembelian ekstra oksigen (dan kantung atau spray). Terhadap sistem saraf, tekanan udara yang berkurang di dalam kabin juga dapat berpengaruh buruk. Khususnya bagi yang baru menjalani tindakan pembuatan foto pada otak ventriculography atau pneumoecephalography. Kondisi-kondisi demikian dinilai tak boleh ikut terbang dulu. Demikian pembahasanya semoga bermanfaat, temukan info terkait seputar tiket pesawat: daftar harga tiket pesawat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar