Kamis, 07 April 2011

Menikmati Ayam Bakar Muwardi

Food beverage - Siang itu, saya iseng-iseng berburu kuliner ke daerah Grogol. Sambil
ngobrol santai dengan seorang teman serta merta ia menunjuk ke rumah
makan ayam goreng di jalan Dr. Muwardi, seberang apotik Trisakti.
Sepintas tempat makannya terlihat sepi dari luar, agak luas juga
terlihat dari belasan meja dan kursi yang dibagi empat-empat.



Agak ragu awalnya melihat sepinya pengunjung di sana. “Jangan-jangan
tidak enak dan mahal,” ujar saya pelan berbisik ke telinga kawan. Ia
tetap memaksa masuk dan meyakinkan kita untuk mencoba terlebih dahulu.
Apa boleh buat, perut sudah mulai lapar dan tempat makan lainnya di
sekitar jalan itu pun tampak penuh. Kami masuk, memesan ayam bakar dan
ayam keremes.



Agak lama menunggu, sekitar 15 menit, datang juga pesanan kami. Ayam
bakar dan gorengnya agak bikin surprise, karena hadir dalam ukuran yang
menurut saya, kecil! Masih panas, cokelat kehitaman dari kecap dan sisa
bakaran arang serta aroma khasnya segera terhirup. Sementara nasi uduk
pesanan kami disajikan tidak terlalu panas dengan taburan bawang goreng
di atasnya. Hmm, aah, sudahlah, mari kita makan!



Suapan pertama, daging ayamnya cukup lembut. Rasanya pun enak dengan
bumbu yang meresap dalam daging. Okelah, boleh juga diadu. Suapan kedua
saya coba dengan sambal goreng yang disajikan. Pedasnya pas, meski
terasa agak sedikit manis. Tapi secara kombinasi ayam bakar dan
sambelnya masih bisa dicerna lidah dengan oke. Sip lah.



Lalapan yang disajikan juga termasuk segar, salada air dan timun
disajikan komplit. Saya periksa semua masih dalam kondisi baik, tidak
layu ataupun dimakan ulat. Apalagi setelah dimakan, kesegaran
lalapannya membuktikan hal tersebut.



Kembali ke menu ayam, langsung melihat penampakan ayam goreng kremes
yang disajikan. Okelah, cukup renyah saat kita kunyah. Sebagai
hiburannya disajikan tepung keremes sepiring besar untuk menemani.
Renyah, krispy meski tidak terlalu hangat lagi, mungkin digoreng
terlebih dahulu jadi disajikan tidak lagi panas. Seluruh menu tadi kami
habiskan kurang dari lima belas menit. Diselingi ngobrol ringan dan
ketawa-ketiwi, total jenderal hampir 45 menit kami habiskan waktu di
sana.



Ternyata ayam goreng dan bakar Muwardi ini boleh juga dijadikan menu
variasi bagi penggemar hidangan sejenis. Saya sempat melihat di papan
menu terdapat beberapa menu lain bagi kalian yang tidak menyukai ayam,
seperti rawon, kupat tahu, lontong lamongan dan lain sebagainya. Sayang
kami belum berkesempatan mencicipinya, lain kali saja.



Kekurangannya adalah lamanya waktu menyiapkan hidangan. Padahal saat
itu resto itu tidak ramai. Kami saja termasuk pelanggan pertama yang
dilayani, baru setelah itu ada dua orang pemuda dan beberapa saat
kemudian seorang pekerja kantoran bergabung. Ini jadi catatan, apalagi
dalam bisnis kuliner pelayanan kerap menjadi kepuasan pelanggan,
termasuk soal urusan waktu serving yang tidak boleh terlalu lama.



Untuk harga tidak terlalu merusak kantong. Seporsi ayam bakar, nasi
uduk dan minum teh hangat dilabeli sekitar 16 ribu saja. Cukup paslah
untuk urusan mengisi perut di siang hari atau sekedar mencari selingan
menu karena bosan dengan makanan yang itu-itu saja. So, untuk
keseluruhan rumah makan ayam goreng dan ayam bakar Muwardi ini saya
berikan nilai tujuh. Bolehlah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar